Saat selesai membaca sebuah karya sastra, mungkin anda pernah merasakan ada nilai-nilai yang sesuai untuk dijalankan dalam keseharian. Bisa juga isi cerita tersebut mengandung nilai kehidupan yang menyentuh hati dan membawa pengalaman batin. Hal tersebut merupakan keunikan sastra yang memiliki fungsi sebagai bahan pembelajaran bagi pembacanya. Jadi, selain sebagai hiburan, sastra pun berfungsi sebagai penyampai nilai-nilai moral.
Moral pada karya sastra merupakan unsur yang disampaikan pengarang dan merupakan makna terdalam dari sebuah karya sastra. Secara umum, moral menyarankan pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Moral pun berhubungan dengan ahlak, budi pekerti, ataupun susila.
Sebuah karya fiksi ditulis pengarang untuk menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh, pembaca dapat memetik pembelajaran berharga. Dalam hal ini, pesan moral pada cerita fiksi berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan. Sifat-sifat luhur ini hakikatnya bersifat universal. Artinya, sikap ini diakui oleh dunia. Jadi, tidak lagi bersifat kebangsaan, apalagi peseorangan.
Wujud moral dalam karya fiksi dapat berupa hal hal-hal berikut :
  • Hubungan manusia dengan dirinya sendiri; 
  • Hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial; 
  • Hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya; 
  • Hubungan manusia dengan tuhannya.
Pesan moral yang sampai kepada pembaca dapat ditafsirkan berbeda-beda oleh pembaca. Hal ini berhubungan dengan cara pembaca mengapresiasi isi cerita. Pesan moral tersebut dapat berupa cinta kasih, persahabatan, kesetiakawanan sosial, sampai rasa takjub kepada tuhan. (Adi Abdul Somad et.al 65 : 2009)

Post a Comment

Selamat Datang di Satu Djiwa Blog, Semoga Apa yang Ada di Blog Sederhana ini Bermanfaat Bagi Para Pengunjung