Menjadi seorang penyunting (editor) ternyata bukanlah tugas yang biasa saja. Jika ingin menyandang jabatan itu, seseorang harus memikirkan bahwa dia memiliki tanggung jawab untuk melengkapi dirinya dalam dunia yang luas, yaitu dunia literatur. Jadi, seorang penyunting tidak hanya bermodal ejaan yang baik dan benar saja, akan tetapi harus memiliki "beban" sebagai seorang penyunting yang baik dan benar pula.
"Buku Pintar Penyuntingan Naskah" yang ditulis oleh Pamusuk Eneste benar-benar dapat dijadikan salah satu referensi bagi para penyunting, khususnya yang baru saja menggeluti bidang ini. Isinya tidak hanya hal-hal teknis seputar penyuntingan, akan tetapi beberapa bab menjelaskan mengenai tugas-tugas, syarat, dan hal-hal yang harus diperhatikan seorang editor. Bagian-bagian tersebut dapat membangkitkan semangat untuk lebih mengembangkan diri atau untuk menguji apakah saat ini seseorang telah menjadi editor yang baik dan benar.
Dalam menjaga kemantapan atau bahkan peningkatan mutu berkala, fungsi penyaring harus dijalankan ketat walaupun dalam pelaksanaanya dapat dilakukan baik secara pasif maupun aktif. Begitu sautu berkala ilmiah terbit, secara tidak langsung telah tercipta saringan terhadap karangan yang akan dimasukkan. Dari nomor perdata suatu ilmiah berkala sudah dapat terbaca ruang lingkup bidang , kedalaman spesialisasi, macam bahasa sebaran dan cakupan.
Geografi, keteknisan, serta corak pembaca yang menjadi sasarannya. Petunjuk penulis merupakan saringan kedua sebab hanya karangan yang sesuai dengan petunjuk tadi diterima untuk diterbitkan. Saringan ketiga dilakukan secara aktif oleh penyaring dengan menelaah nilai dan kadar ilmiah dwn mgengevakuasi makna sumbangannya untuk memajuk,an ilmu dan teknologi. Hanya karangan ilmiah yang lolos bentuk saringan ini yang diproses lebih lanjut untuk di terbitkan.Untuk mencapai semua sasaran prsyaratan yang dibakukan ini menjadi hak para penyunting untuk memperbaiki , merevisi, mgengatur kembali isi dan menyelaraskan atau terkadang mengubah gaya karya ilmiah yang ditujukan dseseorang untyuk diterbitkan dalam berkala yang diasuhnya.
Perlu ditekankan sekali lagi bahwa tugas penyunting karya terbatas pada pengolahan naskah menjadi suatu bahan yang siap , dan menawasi pelaksaan segi teknis sampai naskah tadi . penyunting bukan penerbit, jadi mereka tidak bertanggung jawab atas masalahkeuangan, penyebaluasan serta pengelolaan suatu penerbitan. Para penyunting bertanggung jawab atas isi dan bukan atas produksi bahan yang diterbitkan.
Untuk memapankan peran danm kedudukan penyunting sebagai agen yang ikut berperan dalam memajukkan ilmu dan teknologi. Sebagai sepak terjang kegiatan penyunting haruslah didasarkan pada seperangkat kode etik cara bersikap dan bekerja. Kesadaran akan fungsi terhormat yang harus diisinya diharapkan menumbuhkan tebinanya korps penyunting dan mitra bestari yang terandalkan. Berikut ini adalah rangkuman berbagai sikap dan cara kerja yang sangat doisarankan dipatuhi dalam penyunting dalam menurunkan tugas dan fungsinya.
Buku pintar ini juga memberikan tuntunan kepada para penyunting tentang pentingnya setiap proses penyuntingan. Seperti, proses Pra penyuntingan naskah yang meliputi pengecekan kelengkapan naskah, ragam naskah, daftar isi, bagian-bagian bab, ilustrasi/tabel/gambar, catatan kaki, informasi mengenai penulis, dan membaca naskah secara keseluruhan.
Dalam proses penyuntingan itu sendiri, yang perlu diperhatikan dengan cermat dan seksama oleh penyunting adalah masalah ejaan, tatabahasa, kebenaran fakta, legalitas, konsistensi, gaya penulis, konvensi penyuntingan naskah, dan gaya penerbit/gaya selingkung.
Tidak kalah pentingnya juga proses pasca penyuntingan naskah. Dalam proses ini setiap editor harus memeriksan kembali kelengkapan naskah, nama penulis, kesesuai daftar isi dan isi naskah, tabel/ilustrasi/gambar, prakata/kata pengantar, sistematikan tiap bab, catatan kaki, daftar pustaka, daftar kata/istilah, lampiran, indkes, biografi singkat, sinopsis, nomor halaman, sampai siap diserahkan kepada penulis atau penerbit.
Ternyata tidak begitu sederhana juga tugas seorang penyunting naskah itu, bukan? Semua membutuhkan kemauan dan kerja keras untuk dapat menjdi penyunting yang baik dan benar. Semua kerja keras itu bahkan tidak boleh berhenti pada satu puncak, harus terus ditingkatkan hari demi hari.

Post a Comment

Selamat Datang di Satu Djiwa Blog, Semoga Apa yang Ada di Blog Sederhana ini Bermanfaat Bagi Para Pengunjung